Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang
Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai
berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al
Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha
suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka,
dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun
orang-orang yang kafir tidak menyukai. (at-Taubah: 30-32)
Dialah yang telah mengutus RasulNya dengan petunjuk dan Diin yang haq.
untuk di dhahirkan/nyatakan dia (rasul) atas Diin itu segala sesuatunya,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai (at Taubah;33)
Berbicara Diin Allah ini pasti kita berbicara para Rasul Allah, karena
merekalah orang-orang pilihan yang di utus Allah kepada manusia untuk
menyampaikan apa yang menjadi risalah-Nya bagi manusia, dan sebagai
satu-satunya sumber yang paling berhak berbicara dan di ikuti tentang
Diin Allah ini, dan juga sebagai orang pertama yang akan melaksanakan
risalah tersebut untuk memberi contoh kepada manusia..BaGAIMANA
SEHARUSNYA MANUSIA MELAKSANAKAN RISALAH ITU!. Sehingga mereka menjadi
cahaya terang dan petunjuk yang menerangi jalan menuju Allah ( Shirothol
mustaqim) dan menjadi jelas dan terang benderanglah segala segi dari
Diin Allah ini.
Namun hawa nafsu orang-orang musyrik dengan
segala watak kekafiran mereka yang tercermin dan terorganisir dalam
sistim dan masyarakatnya, dalam konsepsi dan pemikirannya, selalu
berusaha untuk menghalangi dan mencegah dakwah dan tegaknya Diin Allah
ini hingga menjadi wujud dengan jelas serta menjadi sistim kehidupan
yang mengatur kehidupan manusia.
Mereka perangi Diin Allah ini
dengan segala cara. Mereka fitnah dengan berbagai teori, argumentasi,
dan tipu daya, sehingga konsepsi aqidah, syariah, dan ajarannya menjadi
rusak. Dan fitnah terbesar mereka itu adalah dengan berusaha untuk
mengaburkan dan menghilangkan, serta mengeluarkan kepemimpinan para
Rasul Allah dari Diin Allah ini agar tidak lagi menjadi satu-satunya
sumber, bukti, rujukan, dan panutan. Dan mereka coba menggantikannya
dengan figur-figur yang sengaja di tokohkan untuk di jadikan panutan
untuk kemudian berbicara atas nama agama Allah tanpa dasar petunjuk yang
haq, untuk kemudian mereka robah aqidah dan syariatnya sesuai dengan
hawa nafsu mereka, sebagaimana mereka telah berhasil merusak konsepsi
aqidah dan syariat pada risalah-risalah sebelumnya, seperti yang di
lakukan orang-orang kafir dari kalangan bani israil terhadap Rasul-Rasul
mereka. Yakni. Para pemimpin, pendeta-pendeta, dan para rahib sehingga
terfitnahlah para pemeluknya dari Diin Allah yang haq
Namun
Allah tidak membiarkan semua itu terjadi. Dia mengutus Muhammad sebagai
Rasul-Nya untuk membawa dan menjelaskan Diin yang haq kepada manusia.
Dan mengariskan suatu metode bekerja di dalam menghadapi semua itu. Dan
metode Diin Allah ini amat jelas di paparkan oleh kelompok ayat-ayat ini
' Dia lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (metode) dan
Diin yang Haq untuk di dhahirkannya(Rasul) atas Ad Diin segala
sesuatunya tentang Diin Allah itu walaupun orang-orang kafir berusaha
keras untuk menghalang-halanginya."
Jadi dengan
mendhahirkannya dan menampakkan Rasul itu atas Ad Diin ini tiap-tiap
sesuatunya. Adalah gambaran dari bentuk Diin Allah itu sendiri dan juga
hal yang membedakan risalah terakhir ini dengan risalah-risalah
sebelumnya. Kalau pada risalah yang sebelumnya kitab Allah sebagai
petunjuk di turunkan sekaligus sebagaimana pada risalah yang di bawa
oleh Musa, maka pada risalah terakhir ini, Dinnul Islam ini di awali, di
bentuk, dan di tegakkan secara bertahap melalui metode penurunan Al
Quran secara bertahap, kelompok demi kelompok ayat, masalah demi
masalah, dimana tidak akan turun suatu kelompok ayat sebelum sasaran dan
target dan apa yang menjadi ketentuan Allah di dalam kelompok ayat-ayat
sebelumnya tercapai. Sehingga tergambarlah segala segi dari pelaksanaan
dan perbuatan Rasulullah itu sebagai Sunnahnya yang merupakan gambaran
dari pelaksanaan penegakkan Diin ini secara benar dan secara
prinsip-prinsip iman menjadi ketentuan-ketentuan yang harus di ikuti dan
di teladani dan merupakan ketentuan yang tak dapat di batalkan dan di
robah oleh siapapun.
Sejak awal beliau menerima wahyu sampai
Diin ini telah sempurna berdiri yang langsung menjadi contoh dan telah
tertulis secara abadi di dalam kitab Allah Al Quran. Maka hal itu
sebagai petunjuk atas bukti dan sunnahnya dan menjadikan keharusan
mengikuti Sunnah Rasul-Nya sebagi suatu ketentuan yang mutlak di dalam
Diin ini, dan sebagai prinsip aqidah dan iman dan bentuk keimanan
atasDiin itu sendiri. Maka tertutuplah celah bagi manusia yang lain
untuk turut campur di dalam berbicara dan membuat-buat ketentuan di
dalamnya, DAN INILAH DIIN YANG HAQ!!
Muhammad sebagai
Rasulullah telah di jadikan contoh di dalam AL Quran bagaimana beliau
telah berjuang untuk menegakkan Diin ini di atas suatu garis yang telah
di tentukan Allah metodenya, tanpa Beliau perlu membuat-buat strategi
sendiri menurut analisa pemikirannya, atau berpolitik menurut pendapat
Beliau sendiri. Maka risalah inipun menjadi bersih dan suci tanpa
tercampur hawa nafsu beliau sendiri sebagai pribadi. Karena Risalah
Allah ini sudah lengkap, baik konsepsi aqidahnya, syariatnya dll, maupun
metode di dalam memperjuangkannya dan berlaku di masa apapun sampai
hari kiamat. Tinggal melaksanakan saja dengan lurus!
Dengan
metode yang telah di gariskan Allah inilah Rasul berjuang di dalam
menghadapi segala bentuk penghalang dan hambatan dari musuh islam
sehingga gagallah segala usaha mereka dan menanglah Rasul itu. Yaitu..
Apa yang menjadi target dan sasaran wahyu menjadi terlaksana dan tegak
semua apa yang menjadi ketentuan-ketentuan Allah di dalamnya, walaupun
telah di coba untuk di halang-halangi dan di cegah oleh orang-orang
kafir dan menjadi wujudlah Diin Allah ini di dalam tiap-tiap persoalan
yang telah di tentukannya secara nyata. Sehingga apapun persoalan dan
ketentuan dalam Diin ini, sampai di tingkat strategi perjuangannya
sekalipun, pasti telah ada sunnah Rasulullah sebagai contoh, ukuran dan
panutan tempat kembali.
Sungguh, kesesatan itu adalah apabila
kita menghilangkan sunnah Rasulullah di dalam urusan apapun pada Diin
Allah ini, dan menggantikannya dengan Figur-figur dan sosok-sosok
manusia yang lain sebagai sumber yang berbicara tentang Diin Allah ini,
sehingga terbukalah pintu fitnah dan rusaklah Diin ini sebagaimana
fitnah yang menimpa agama orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka hancurlah
umat ini sepeti umat-umat sebelumnya
nb: terjemahan ayat 30-32 adalah versi terjemahan Depag
terjemahan ayat 30 terambil dari kitab terjemahan secara nahwu syaraf ' Yasarnal Quran"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jika ada yang perlu ditanyakan atau memberikan masukan atau komentar atas kajian kami silahkan tulis di form komentar agar kami dapat menjawab atau memperbaiki blog kami .... TERIMA KASIH